Pak Dirjo adalah seorang petani tua yang tinggal di lereng gunung. Ia hidup sendirian karena ia tak mempunyai anak serta, istrinya yang sudah lama meninggal. Ia sangat kesepian karena itulah, ia selalu menggerutu dan tak bersemangat sama sekali melakukan aktifitasnya.
Musim hujan pun tiba, semakin membuatnya tambah mengeluh dan meggerutu. Atap rumahnya selalu saja bocor sana sini dan itu sangat mengganggunya. Ia tak ingin memperbaikinya karena percuma saja mungkin umurnya tak akan lama lagi dan rumahnya tidak akan ditinggali siapa pun. Lagi pula ia tak memiliki sepeser uang guna memperbaiki atap miliknya.
Saat malam hari, ia hendak tidur. Namun, banyak sekali nyamuk yang datang ke kamarnya. Membuatnya menggerutu dan tak bisa tidur. Lalu ia mengeluh
“Kenapa bisa tuhan membuat hewan pengganggu ini?!” Kata Pak Dirjo
Ia pun memutuskan untuk pergi ke warung membeli obat nyamuk dengan menaiki sepedanya. Jarak rumah dan warung lumayan jauh, Pak Dirjo juga sudah lemah menaiki sepedanya tidak seperti waktu mudanya dulu. Sehingga perjalanan memakan waktu yang lumayan lama
Sesampainya di warung ia bergegas membeli obat nyamuk tersebut dengan uang seadanya hasil yang sudah ia kumpulkan.
Setelahnya, tanpa pikir panjang ia kembali mengayuh sepedanya menuju kembali ke rumah. Waktu yang ditempuh sekitar 45 menit. Namun, saat tiba dirumah ia terheran heran sebab banyaknya warga yang mengerumuni rumahnya sambil meneriaki namanya.
“Pak Dirjo!! Pak Dirjo!!” Teriak salah satu warga
Ia pun mendatangi kerumunan tersebut. Dan betapa terkejutnya ia melihat rumahnya sudah tertimpa tanah dan roboh. Matanya bergelinang air. Ia tak mempunyai apa pun saat ini, hanya sebatang obat nyamuk dan sepeda tuanya.
“Pak Dirjo, untunglah anda tidak di dalam rumah tersebut. Kami sangat khawatir” ucap seorang warga
“Benar pak tadi lereng tebing di belakang rumah anda lengser”
Setelah dipikir pikir ia sadar, nyawanya lebih penting dari sekedar rumahnya yang roboh. Ia pun bersyukur atas nyamuk nyamuk tadi yang membuatnya tidak di dalam rumah.
“Tuhan, maafkanlah perkataanku tadi. Bagaimana pun semua ciptaan Mu selalu ada manfaatnya” Sesal Pak Dirjo
Salah seorang warga mendekatinya lalu mengelus lembut punggung Pak Dirjo untuk menenangkan.
“Yang sabar ya Pak. Kalau Bapak mau, tinggal bersama saya saja.”
“Benarkah?? Apa tidak apa apa nak??”
“Sangat tidak apa apa Pak, saya malah senang ada yang menemani saya.”
Warga itu bernama Burhan. Orang tuanya telah meninggal disebabkan oleh kecelakan beberapa tahun silam. Ia bekerja meneruskan dagangan orang tuanya, penghasilannya lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Namun, ia justru sangat kesepian. Dan butuh seseorang untuk menemaninya.
Akhirnya Pak Dirjo pun tinggal bersama Burhan. Mereka seperti sepasang Ayah dan Anak yang sangat akrab. Pak Dirjo sangat bahagia, ia kembali melakukan aktivitasnya dengan sangat ceria dan bersemangat. Ini semua karena nyamuk yang telah mengganggunya.
Oleh Nina Asriyatiya Shofa Kelas VIII (Tahun ajaran 2022/2023)